SHALOOM PARA ERASTUS MINDED

Selamat datang di blogs kumpulan khotbah Pdt. Dr. Erastus Sabdono. Blog ini sengaja saya buat, sebagai penghargaan atas jasa-jasa beliau sebagai dosenku dan bapak rohaniku. "Terimakasih, Pak. Saya bisa seperti sekarang juga karena gemblengan Bapak." Buat teman-teman, selamat menikmati khotbah-khotbah beliau yang keras, pedas, tapi menyehatkan iman kita. Segala isi dalam blogs ini, TIDAK DILARANG untuk dicopy, asal untuk pertumbuhan rohani kita. GBU All....

Senin, 30 Maret 2009

WAJAR TAPI BEDA


Tuhan tidak mengajarkan kita hidup secara tidak wajar di mata manusia. Wajar dalam pengertian kita tidak kehilangan “kemanusiaan” kita. Menjalani hidup seperti manusia lain dalam bekerja mencari nafkah, makan minum, menikah, menikmati alam dan hobbi –hobbi menyukakan jiwa dan hati, berolah raga, rekreasi dll. Sebagai mahluk ciptaan yang hidup di alam nyata dengan segala hukum dan tata tertibnya Tuhan menghendaki kita hidup secara wajar. Hal ini dimaksudkan agar kita tidak menjadi batu sandungan dan syak bagi manusia lain yang belum mengenal kebenaran Tuhan. Dengan demikian kita menjadi berkat bagi semua orang.

Dalam sepanjang sejarah gereja sering terdapat kelompok orang Kristen yang “nyentrik” disebabkan oleh pemahamannya yang salah tentang hidup kekristenannya. Mereka pikir menjadi manusia rohani atau orang Kristen yang benar kita lalu bersikap berbeda dengan orang lain “dalam segala hal”. Keanehan atau nyentriknya itu justru dianggap sebagai “supremasi’ atau keunggulan yang membuat Tuhan berkenan kepada mereka. Antara kita dengan mereka yang tidak mengenal kebenaran memang terdapat banyak hal yang berbeda. Tetapi bukan berarti dalam segala ha kita berbeda seolah-olah kita menjadi mahluk yang memiliki hukum dan tata tertib yang dalam segala hal berbeda dengan mahluk yang hidup di bumi ini.

Dalam beberapa hal sama, tetapi ada yang membedakan kita dengan mereka, yaitu “tujuan” atau “focus” hidup atau motiv. Filosofi yang dipakai mereka pada umumnya seperti yang dikutip oleh Paulus dalam 1Kor 15:32. Kalimat “kalau berdasarkan pertimbangan manusia” terjemahan dari “ ei kata anthropon”, (if after the manner of men KJ ; for merely human reasons NIV; human motive GNB). Berdasarkan motiv hidup, kebiasaan – cara hidup manusia. Dari penampilan luar yang bertalian dengan gerak hidup umum kita tidak berbeda dengan mereka (makan – menikah), tetapi tujuan, focus dan motiv berbeda.

Hal inilah yang Tuhan ajarkan kepada kita. Hal ini tidak mudah karena kita telah memiliki irama hidup yang salah yang telah kita warisi dari orang tua dan lingkungan. Irama hidup yang salah disini maksudnya adalah kehidupan yang digerakkan oleh tujuan dan motif yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

Irama hidup yang kita warisi dari orang tua harus diubah atau diganti dengan irama hidup yang baru. Hal ini disinggung oleh Petrus dalam suratnya dalam 1Petrus 1:18 (tradition from your father – patroparadotou – handed down by your ancestor). Dalam hal ini kita dilatih Tuhan melalui RohNya untuk meninggalkan cara hidup yang sia-sia tersebut. Cara hidup yang sia-sia inilah yang disebut “pikiran manusia (Mat 16:23). Dalam hal inilah proses penyangkalan diri berlangsung. Jadi menyangkal diri pada prinsipnya pada bukan hanya menyangkut masalah tindakan-tindakan lahiriah yang dianggap tidak bermoral seperti membunuh, berjinah, mencuri dll tetapi tujuan dan motif hidup.

Jadi yang paling dipersoalkan bukan “buah” semata-mata tetapi akarnya. Dalam hal ini kita mengerti mengapa Paulus berkata bahwa akar segala kejahatan adalah cinta uang (1Tim 6:10). Cinta uang adalah tradisi yang diturunkan orang tua kepada kita. Kalau kalaimat ini kasar dikalimatkan Paulus dalam 1Korintus 15:32: filosofi yang berkata : "marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati". Hal inilah yang ditunjukkan Tuhan Yesus dalam Lukas 12:16-21, orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri tetapi tidak kaya dihadapan Tuhan. Tidak kaya dihadapan Tuhan, kalimat ini hendak menyerukan kita agar kita kaya didalam Tuhan. Untuk kaya didalam Tuhan kita harus mulai memiliki motif dan tujuan hidup yang benar.

Motif dan tujuan hidup yang benar ahrus diajarkan terus menerus di dalam gereja. Ini bukan sekedar membantu pelayanan gereja, terlibat dalam aktivitas gereja dan berbagai kegiatan rohani lain yang kita golongkan melayani Tuhan. Tetapi ini menyangkut seluruh irama hidup kita setiap hari. Didalamnya Tuhan akan mengajar kita. Sekali lagi setiap kali kita berkumpul bersama dan Alkitab dibuka, disitulah tujuan dan motivasi hidup yang benar diajarkan kepada kita. Oleh sebab itu belajar Firman Tuhan adalah hal mutlak yang tidak boleh dihindari.

Filosofi hidup yang salah bukan saja kita warisi dari nenek moyang tetapi juga hasil resapan dari lingkungan yang fasik. Lingkungan yang tidak mengenal kebenaran Tuhan (Band. 1Kor 15:33 bad companions ruins good character ). Oleh sebeb itu kita harus menjauhi persekutuan hati dengan orang yang tidak takut Tuhan (Maz 1:1-6)


Selengkapnya...

ALFA DAN OMEGA


Ucapan Tuhan bahwa Dia yang awal dan akhir dalam teks aslinya secara hurufiah menggunakan huruf awal dan akhir abjad Yunani klasik. Kemudian ditegaskan bahwa Ia adalah yang awal dan yang akhir (arkhe dan telos). Pengulangan dari Wahyu 1:8 Apa artinya. Maksudnya bisa 2 kemungkinan :

Pertama, dengan perkataan itu Tuhan Yesus hendak menegaskan bahwa Ia adalah Penguasa langit dan bumi. Ia berkuasa atas sejarah dunia, oleh sebab itu Ia berkuasa mendatangkan pembaharuan (Wah 1:8. Ia Maha Kuasa). Dalam Wahyu 21:5 Ia berkata: Lihatlah Aku menjadikan segala sesuatu baru. Tentu baru disini baru positif, baru yang lebih baik. Bila kita mengamati kisah-kisah Natal dapat kita temukan bahwa setiap individu yang berjumpa dengan Yesus pasti mengalami pembaharuan. Inilah berkat Natal itu; Gembala di Efrata yang menjumpai bayi Yesus memperoleh sukacita (Luk 2:20, mereka bersukaciata). Orang Majus dari Timur setelah berjumpa dengan Yesus mereka memilih jalan lain. Jalan lain ini memang harafiah tetapi dibalik yang harafiah ini ada fakta rohani dimana mereka tidak lagi mendengar suara herodes dan kompromi. Mereka tidak lagi melihat bintang sebagai tanda dan petunjuk kehidupan tetapi mereka dapat menemukan suatu akses berkomunikasi dengan Allah yang hidup. Benar apa yang dikatakan oleh Paulus dalam 2Korintus 5:17, didalam Dia menjadi ciptaan yang baru. Pembaharuan diawali dalam hidup individu atau pribadi selanjutnya pembaruan secara fisik akan terjadi pada wakti kedatanganNya (Wah 1:8). Berbahagilan orang yang telah mengalami pembaharuan maka ia akan memperoleh kemuliaan bersama dengan Dia. Ia yang berjanji setia, tidak akan berubah.

Kedua, dengan perkataan tersebut (bahwa Ia yang awal dan yang akhir, Alfa dan Omega) Tuhan menunjukkan bahwa adalah sumber dan tujuan kehidupan. Dalam Wahyu 21:6, Ia berkata : Bahwa Ia adalah Mata Air Kehidupan. Itulah sebabnya Yesus berkata : Barang siapa haus baiklah ia datang kepadaKu (Yoh 7:37). Di Palungan hina itulah manusia menemukan sumber dan tujuan kehidupan. Jadi jika seseorang telah bertemu dengan Juru Selamat maka hidupnya pasti berbeda, pasti berubah. Ini terjadi dalam kehidupan orang yang sungguh-sungguh menerima dan menyambut berkat Natal dengan benar. Mengapa dikatakan demikian, sebab ternyata banyak orang yang tidak menyambut berkat Natal dengan benar. Perhatikan apa yang dikatakan para malaekat di Lukas 2:14, manusia yang berkenan kepadaNya. Tidak semua orang berkenan kepadaNya. Tenbtu tidak kebetulan kalau ternyata dari banyak kelompok dan pihak yang mendengar berita Natal hanya sekelompok kecil yang bertemu Mesias (Ahli-ahli torat yang menunjuk kota Bethlehem sebagai kota kelahiran Mesias, semua penduduk Yerusalem yang gempar, Herodes dan semua isi istana, orang majus dan gembala). Kita harus memperhatikan bagai ciri khusus atau karakter kelompok yang menerima berkat natal yaitu gembala dan orang majus.

Sikap yang harus dimiliki adalah merasa sungguh-sungguh membutuhkannya. Didalam Lukas 2:15-16, begitu malaekat memberi berita mereka lantas cepat-cepat menuju Bethlehem. Mereka menuju Bethlehem karena bayi itu bukan motif lain. Orang Majus memiliki komitmen yang kuat untuk bertemu dengan bayi Yesus. Memahami benar bahwa bintang itu menunjuk Raja orang Yahudi yang lahir, membayar biaya perjalanan,menempuh bahaya perjalanan, tetap tidka tersandung oleh sikap Herodes, ahli torat dan penduduk Yerusalem, tetap menyembah anak itu sekalipun anak itu secara lahiriah tidak menunjukkan atribut seorang raja.



Selengkapnya...

AKHIRNYA ADALAH KEMENANGAN

Di dunia yang sudah rusak dan bumi yang terkutuk ini manusia yang hidup didalamnya akan selalu diperhadapkan dengan kesukaran-kesukaran. Kesukaran hidup manusia bisa berasal dari diri sendiri atau orang lain. Diri sendiri yaitu kesukaran hidup karena kesalahan kita dan kesukaran yang disebabkan karena orang lain, yaitu karena kejahatan orang lain tersebut. Kedua-duanya merupakan kesukaran yang harus ditanggulangi dan pada umumnya kita mengharapkan penyelesaian dengan segera. Setiap kita pasti mengalami persoalan-persoalan yang membuat hidup terasa sukar. Pada saaat seperti ini kita menantikan pertolongan Tuhan. Masalahnya sekarang adalah bagaimana kita menunggu dan mengalami pertolongan Tuhan.

Dalam Alkitab kita dapat menemukan seringkali Tuhan berkata: Jangan takut. Kata ini merupakan jaminan bagi kita, bahwa Tuhan : (1). Membela kita (2). Di pihak kita (3). Tuhan menyertai kita. Ini adalah jaminan yang dapat dipercayai. Dengan demikian seharusnya kita dapat menikmati hidup dengan keteduhan dan ketenangan. Dalam hal ini kita dapat memahami mengapa Paulus berkata: Bersukacitalah kamu senantiasa. Perintah untuk bersukacita senantiasa memberi indikasi bahwa dalam segala keadaan kita mampu menjaga hati untuk tidak menjadi cemas. Namun kenyataan yang kita hadapi adalah ketakutan dan kecemasan disebabkan oleh berbagai masalah hidup yang tidak kita temukan jalan keluarnya. Kadang kita menjadi lemah dan putus asa. Untuk ini kita belajar bagaiman menunggu waktu Tuahan dan mengalami pertolonganNya. Ada beberapa sikap hati yang harus kita miliki:

Pertama, berani menunggu waktu Tuhan. “Menunggu” merupakan pekerjaan yang sulit, yaitu menunggu lolos dari sebuah persoalan hidup. Pada umumnya kita memiliki kecenderungan mendesak Tuhan untuk “segera menolong”. Godaan untuk mendesak atau kadang memaksa Tuhan ini hampir dimiliki setiap orang. Tetapi sebagai orang percaya yang berpikir dewasa kita harus percaya bahwa Tuhan memiliki “waktu” atau saat bertindak. Disini dibutuhkan keberanian atau kadang digunakan kata kesabaran menunggu waktu Tuhan. Menunggu waktu Tuhan merupakan pergumulan latihan untuk percaya. Bahwa Tuhan adalah Tuhan yang tepat waktu. Kesalahan Saul sehingga ia ditolak menjadi raja Karena ia tidak berani menunggu waktu Tuhan menolongnya (1Sam 13:8). Menunggu waktu Tuhan adalah sebuah “seni iman”. Dalam Ratapan 3:22-26 ditegaskan bahwa Tuhan memilikii kasih setiap yang tidak berkesudahan. Kita harus belajar dengan diam menanti pertolongan Tuhan (to wait quietly). Sementara dalam persoalan kita tidak gelisah seolah-olah persoalan tersebut akan membinasakan kita. Kita harus percaya pertolongan Tuhan datang pada waktunya. Seni menunggu pertolongan Tuhan ini juga dimiliki Pemazmur dalam kesaksiannya dalam Mazmur 73:21-24. Pada akhirnya Tuhan pasti memberi pertolongan, walaupun keadaan kita anggap sudah tidak tertolong (Yoh 11:1-6; 17-21; 32). Kalau saudara menantikan pertolongan Tuhan pasti tidak akan dipermalukan (Maz 25:3).

Kedua, dalam hal ini kita harus menaruh pertolongan hanya dari Tuhan, kalaupun Tuhan membuka jalan maka bukan sarana itu itu sumbernya. Sumbernya adalah Tuhan. Dalam hal ini jangan mempertimbangkan sesuatu sebagai sumber pertolongan (Maz 124:8). Walaupun didepana mata, orang-orang tertentu yang saudara anggap sebagai sumber kita harus memandang Tuhan dan menganggap hanya Tuhan sumber pertolongan kita. Menaruh harapa hanya kepada Tuhan merupakan rahasia melihat pertolongan Tuhan (Rat 4:17). Dengan pertolongan yang datang dari Tuhan Bapa hendakmemperkenalkan dirinya kepada umat agar terbangun keintiman.

Ketiga, percaya bahwa Tuhan adalah Tuhan yang sangat peduli terhadap kita. Kepedulian ini lebih dari kepedulian seorang ibu terhadap anak bayinya (Yes 49:14-15). Kasih seorang ibu yang demikian kepada anaknya sukar dipahami sebenarnya, apalagi kasih Bapa kepada kita. Oleh sebab itu kita harus berani menguatkan percaya kita ini bahwa Tuhan itu baik. Kalau kita merasa jauh dari Tuhan dan tidak melihat uluran tanganNya, pasti ada sesuatu yang salah. Hal paling dominan yang membiuat kita tidak mengalami pertolongan Tuhan adalah karena dosa kita (Yes 59). Oleh sebab itu kalau kita hendak menagalami pertolongan Tuhan harus mau berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan.



Selengkapnya...

AIR MATA DI KIRBAT TUHAN


Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbatMu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan? (Maz 56:9).

Pelajaran pertama bahwa Tuhan memperdulikan kita. Sengsara dihitung, maksudnya adalah bahwa Tuhan turut merasakan apa yang kita alami. Dalam terjemahan bahasa lain diterjemahkan: You know How trouble I am. Adalah salah kalau beranggapan Tuhan tidak memperdulikan kita. Ia sungguh mau merasakan apa yang kita rasakan. Dalam New International Version: record my lament. Dalam surat Petrus Tuhan berkata bahwa Ia memperdulikan kita (Terj. Lama 1Pet 5:7).

Cara kita berdoa menunjukkan kepercayaan kita kepadaNya. Jangan seperti murid-murid Tuhan yang dengan kasar brkata: Tuhan tidak pedulikah kalau kita binasa (Mark 4:38). Tuhan tidak akan membiarkan kita binasa. Tuhan yesus menjadi manusia agar ia turut merasakan apa yang kita rasakan sehingga ia dapat mengerti keadaan kita dengan sempurna.

Pelajaran kedua adalah bahwa Tuhan mencatat kesusahan kita. Kalimat air mataku Kau taruh dalam kirbatMu menunjukkan diterjemahkan : You have kept a record dalam terjemahan Alkitab New International Version : List my tears on your scroll . Tuhan mencatat kepeduhan kita dalam buku. Sama dengan dalam kirbat (tempat menyimpan minum). Tuhan memiliki kirbat, yang dalam terjemahan bahasa lain diterjemahkan catatan. Apa sebenarnya yang dimaksud disini?. Harus dipahami bahwa mazmur 56 mengungkapkan doa dan seruan Daud tatkala ada dalam pelarian. Ia tidak lagi memiliki tempat berpijak. Di negara sendiri diburu oleh Saul di negara musuh diburu oleh musuh. Syair ini berisi doa Daud tatkala ditangkap di Gat. Daud mengalami penderitaan itu bukan karena kesalahan daud, tetapi karena pengorbanannya bagi kerajaan Yahwe. Sejak daud mempertaruhkan diri melawan Goliat dan menaklukkannya ia dimusuhi Saul. Seharusnya Saul berterima kasih, tetapi balasannya berupa ancaman maut bagi Daud. Tetapi Daud menerima sengsara tersebut sebagai pengabdianya kepada Tuhan.

Jadi sengsara Daud bukan karena kesalahannya. Air matanya bukanlah air mata buaya atau air mata yang mengalir dari kesalahanya sendiri. Telah banyak air mata yang tertumpah bukan karena Tuhan dan untuk Tuhan tetapi untuk dunia. Sekarang saatnya kita menumpahkan airmata bagi Tuhan. Sengsara seperti inilah yang dicatat oleh Tuhan. Air mata seperti inilah yang disimpan di kirbat Tuhan. Inilah air mata yang berharga di hadapan Tuhan. Orang-orang yang berlelah bagi Tuhan ini akan menerima penghargaan dan kemuliian dari Tuhan. Perlu dipertanyakan apakah kita memiliki air mata yang tersimpan di kirbat Tuhan. Penderitaan seperti ini adalah karunia (Fil 1:29; 1Pet 2:20). Hendaknya kita bersama-sama dengan Tuhan bukan hanya dalam menikmati kuasa dan mujizatnya semata-mata, tetapi juga dalam menikmati penderitaan bagi kepentingan kerajaan Bapa. Inilah yang diingini Paulus, bahwa ia mau serupa dengan Tuhan dalam penderotaanNya (Fil 3:10). Orang yang berlelah bagi Tuhan ini akan memperoleh penghiburan abadi. Tuhan berkata: Berhentilah dari kelelahanmu (Wah 14:13). Kita telah banyak berlelah untuk dunia, tetapi kita tidak berlelah untuk Tuhan. Saatnya sekarang kita berlelah bagi Tuhan. Menumpahkan peluh dan airmata bagi Tuhan.

Dalam suratnya Paulus berkata, bahwa telah tersedia baginya mahkota kehidupan (2Tim 4:6-8). Kalau kita mau minum cawan yang juga diminum oleh Tuhan kita akan dipermuliakan bersama-sama dengan Dia (Mar 10:39). Ingat tidak ada kemulian tanpa cawan penderitaan, no gain without pain, no crown without cross. Dalam kitab Roma tertulis bahwa kita yang menderita bersama-sama dengan Tuhan juga dipermulikan bersama-sama dengan Tuhan pula (Roma 8:17).



Selengkapnya...