SHALOOM PARA ERASTUS MINDED

Selamat datang di blogs kumpulan khotbah Pdt. Dr. Erastus Sabdono. Blog ini sengaja saya buat, sebagai penghargaan atas jasa-jasa beliau sebagai dosenku dan bapak rohaniku. "Terimakasih, Pak. Saya bisa seperti sekarang juga karena gemblengan Bapak." Buat teman-teman, selamat menikmati khotbah-khotbah beliau yang keras, pedas, tapi menyehatkan iman kita. Segala isi dalam blogs ini, TIDAK DILARANG untuk dicopy, asal untuk pertumbuhan rohani kita. GBU All....

Kamis, 11 Desember 2008

ALLAH ADALAH KEBUTUHAN

Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah (Mazmur 42:2).

Betapa seringnya kita membaca ayat ini. Kesimpulan apakah yang kita peroleh dari ayat-ayat dalam mazmur ini. Dikuatirkan kita tidak mencapai sasaran pengertian ayat ini. Kita memahaminya dengan baju kita atau pengertian kita yang masih dangkal. Walaupun kita bisa begitu mudah berkata: “ Sperti rusa merindukan sungai yang berair demikianlah jiwaku merindukan Engkau Tuhan…Yesus, Yesus kau berarti bagiku. Perlu dipersoalkan oleh kita sekarang adalah “seberapa perlunya kita terhadap-Nya”. Lalu juga harus dipersoalkan “mengapa kita memerlukannya?”. Ini bukan pertanyaan konyol, tetapi pertanyan prinsip yang sangat menentukan mutu atau kwalitas relasi kita dengan Tuhan. Seberapa dalam hubungan kita dengan Tuhan sangat ditentukan oleh jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kita harus mempersoalkan ini dengan serius kalau kita mau sungguh-sungguh bertuhan dengan benar dan memiliki kehidupan secara benar.

Dari pernyataan-pernyataan pemazmur kita dapat menangkap betapa kuatnya “rasa butuhnya” pribadi pemazmur terhadap Tuhan. Seperti rusa merindukan sungai yang berair. Perhatikan kata “sungai” dalam ayat ini. Dalam teks ibraninya “awfeek”, aliran air. Bukan sungai mati, tetapi sungai yang mengalir. Hal ini menunjukkan rusa membutuhkan air secara berlimpah dan berkesinambungan. Baginya sungai itu adalah kehidupannya. Aliran air tersebut bukan sekedar hobi, alat penunjang dan pelengkap hidup tetapi kehidupan itu sendiri. Ia tidak dapat hidup tanpa aliran sungai tersebut.

Dari Mazmur 42: 1-5 kita memperoleh kesimpulam penting: Bahwa tidak ada yang kita perlukan dalam hidup ini seperti kita memerlukan Tuhan. Kita merasa memerlukan Tuhan bukan sekedar karena kita orang beragama maka kita datang ke gereja dan melakukan syariatnya agama kita, ke gereja adalah bagian syariat agama yang dianggap penting. Hampir semua agama berpendirian bahwa datang ke rumah ibadah adalah syariat penting dan sering dianggap utama. Jadi bias dimengerti kalau banyak orang berpikir, kalau suidah dating ke gereja berarti sudah memenugi panggilannya bersekutu dengan Tuhan. Harus memeriksa diri dengan jujur yaitu “kita butuh Tuhan karena Tuhan sendiri, atau karena suatu kebutuhan” . Kalau kita butuh Tuhan karena didesak persoalan hidup duniawi atau suatu kebuituhan maka kita telah menjadikan Tuhan alat atau sarana semata-mata bukan tujuan.

Bila seseorang bersikap demikian terhadap Tuhan, yaitu datang ke gereja atau bertuhan memang karena ita harus beragama, maka pada umumnya orang akan menjadikan Tuhan sekedar pelengkap kehidupan. Tuhan menjadi tambahan yang memang dianggap penting, tetapi sepenting apapun tetap adalah tambahan. Sesungguhnya Tuhan bukanlah pelengkap atau tambahan. Ban serep mobil kita itu penting. Banyak orang tidak berani mengendarai mobilnya tanpa ban serep. Tetapi tetap ban serep, bukan ban yang digunakan menggelindingkan mobil itu. Tuhan tidak sejajar dengan ban serep mobil.

Dia adalah kehidupan itu sendiri. Kita tidak memiliki kehidupan tanpa Tuhan atau hidup ini bukanlah sebuah kehidupan bila tanpaTuhan. Tuhan lebih penting dari nafas kita. Dia lebih berharga dari jantung kita. Dia kita butuhkan lebih dari kita membutuhkan darah. Apalagi harta dalam bentuk uang dan fasilitas yang lain. Tentu Tuhan kita butuhkan lebih dari kita membutuhkan apapun dan siapapun. Tuhan adalah kehidupan kita sendiri. Bagi yang belum menikah jodoh bukan jawaban yang utama. Bagi yang belum punya anak, keturunan bukanlah jawaban kebutuhan kita. Bagi yang dalam problem ekonomi uang bukanlah jawaban. Bagi yang dalam persoalan rumah tangga, Tuhanlah jawabannya. Bagi yang sakit Tuhanlah jawabannya. Memiliki Tuhan berarti memiliki kehidupan. Cukuplah hidup ini kalau kita memiliki Tuhan dan bersekutu dengan benar. Bila bersikap demikian maka kita benar-benar memuliakan Tuhan dan bersikap sepantasnya. Selanjutnya sikap seperti inilah yang menciptakan keintiman hubungan yang luar biasa dengan Tuhan.

Kebenarnnya ini sukar dikenakan, karena ketidak dewasaan kita. Kedengarannya enak, mudah kita mengamininya, tetapi sukar melakukannya. Namun demikian kita harus melatih diri untuk mengenakan kebenaran tersebut. Di rumah petak kecilmu hadirkan Tuhan. Maka itu lebih dari tinggal diistana raja-raja. Semarakkan hidupmu dengan hadirat Tuhan walau tanpa celoteh anak-anak di rumahmu. Sukacitakan jiwa kita dengan berjalan bersama Tuhan ditengah tikaman kesunyian tanpa teman hidup. Bahkan ketika maut mengancam karena sakit penyakit atau yang lain nikmati kabut kemuliaanNya yang menyertai kita yaitu pendampinganNya atas kita.

Hendaknya kita ke gereja atau datang kepada Tuhan bukan hanya karena kita menghadapi suatu masalah atau suatu kebutuhan. Tuhan menjadi sumber pertolongan dan kekuatan yang memenuhi segala kebutuhan kita. Dalam hal ini Tuhan menjadi pendukung kehidupan kita, penopang kehidupan kita. Kedengarannya benar tetapi ini juga belum tepat. Ini bukan berarti salah. Tuhan memang sumber pertolongan kita. Tetapi sikap seperti ini masih sikap orang Kristen second grade. Masih orang-orang Kristen kelas dua. Kalau mau kelas satu, harus menjadikan Tuhan sebagai kebutuhan satu-satunya dan yang paling utama. Kita datang ke gereja atau mencari Tuhan bukan ketika sedang ada dalam persoalan atau kebutuhan semata-mata. Tuhan bukan sekedar seperti supermarket yang kita kunjungi karena ada suatu kebutuhan yang daripadanya kita dapat memperolehnya. Dalam segala keadaan kita membutuhkan Tuahan, sebab Dialah kehidupan kita.

Kebutuhan kita sebenarnya adalah Tuhan sendiri. Bukan karena ada kebutuhan lalu kita membutuhkan Tuhan. Tetapi Tuhan sendirilah kebutuhan kita. Bila demikian maka kita akan merasa puas dengan apapun yang kita miliki hari ini. Sama seperti hubungan kita dengan pasangan hidup. Bagaimana kita memperlakukan pasangan hidup kita selama ini ?. Kita membutuhkan dia karena untuk sesuatu hal atau karena memang kita membutuhkan dia. Coba perhatikan, kalau sepasang manusia sudah dihanyutkan oleh cinta, maka hasrat mereka untuk membangun rumah tangga tidak didorong oleh apapun tetapi oleh cinta itu semata. Cinta itulah yang membangun sikap hati merasa membutuhkan pasangannya. Biarpun tinggal di gubug derita, sepiring ebrdua, tidur diatas tikar tetapi itu bukan menjadi masalah. Berbeda dengan wanita yang mau menikah dengan pria karena oria mengendarai mobil mewah atau karena fasilitas lain. Wanita seperti sukar setia dalam arti yang sebenarnya. Pada hakekatnya ia tidak menikah dengan pria itu tetapi menikah dengan hartanya.

Pada akhirnya kalau kita mencari Tuhan bukan karena berkatNya bukan pul akaren asorgaNya tetapi karena Tuhan sendiri. Tuhyan itulah sorga kita. Tuhan itulah berkat kita. Dalam hal ini kita mengerti mengapa pemazmur berkata: “…tidak ada yang kuingini di bumi selain Engkau (Maz 73:25-26). Seorang penginjil India yang hebat bernama Sadhu Sundar Sigh berkata” Aku rela masuk neraka asal Tuhan ada disana. Jelas kalau Tuhan ada di Neraka maka Neraka menjadi sorga.

Tuhan adalah kehidupan kita, adalah pernyataan penting yang melandasi seseorang membangun hubungan dengan Tuhan. Melandasi orang bertuhan dengan benar. Kefanatikan seperti ini adalah kefanatikan sehat yang tidak melukai orang lain, kecuali orang yang mau binsa. Kefanatikan seperti ini harus digelorakan dalam jiwa kita. Harus dikobarkan dalam jiwa kita. Hal ini akan menyembuhkan segala penyakit jiwa yang menggrogoti kehidupan kita. Dengan sikap hati seperti ini bias dipastikan jiwa kita akan menjadi sehat sempurna. Inilah jalan kesembuhan bagi jiwa yang sakit.


1 komentar: